Jogjavoice.com – Salah satu daya tarik Kota Yogyakarta adalah tradisi yang terus dijaga sampai sekarang. Bahkan tradisi tersebut diteruskan secara turun temurun kepada generasi mudanya. Tradisi di Jogja tidak terbatas pada masyarakat lokal namun bisa diikuti oleh pendatang maupun wisatawan.
Tradisi yang lestari di Yogyakarta dimaksudkan untuk menjaga nilai-nilai leluhur yang membawa pada kebaikan dan cara hidup tentram.
Daftar Tradisi di Jogja yang Masih Lestari
Bentuk tradisi yang masih dijaga di Yogyakarta bentuknya beragam mulai dari upacara, kepercayaan, adab dan sopan santun, masih banyak lagi. Berikut ini ragam tradisi yang perlu diketahui.
- Nyadran ke Kuburan
Nyadran adalah tradisi yang berupa kegiatan ziarah mengunjungi kerabat atau tetua yang sudah meninggal. Tradisi ini digelar tiap bulan Ruwah. Dalam kegiatannya, pelaku nyadran akan membersihkan makam, berdoa, dan bersedekah sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Acara nyadran kemudian ditutup dengan Kembul Bujono alias makan bersama keluarga dan tetangga.
- Sekaten
Sekaten adalah tradisi yang digelar tiap tahun di Keraton Yogyakarta. Acara ini digelar dari tanggal 5 sampai 11 bulan Maulud/Rabiulawal (tujuh hari). Bukan tanpa alasan, Sekaten digelar sebagai perayaan memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Upacara ini dimulai dengan ditandai penabuhan gamelan pusaka Keraton. Gamelan itu akan dikeluarkan dari Keraton kemudian dibawa ke Masjid Besar. Sedangkan di belakangnya turut serta Sru Sultan sebagai Raja Jogja, Pengiring, dan masyarakat lain yang ingin berpartisipasi dalam acara tersebut.
- Grebeg Keraton
Tradisi lain yang juga kerap menarik wisatawan adalah Grebeg Keraton. Upacara ini menyimbolkan redekah raja kepada rakyatnya. Dalam acara tersebut akan dibuat gunungan yang terbuat dari hasil bumi dan kue yang kemudian akan dibagikan kepada masyarakat yang hadir dalam acara tersebut.
Upacara ini digelar pertama oleh Sultan Hamengkubuwono I. Saat ini Grebeg Keraton digelar tiga kali tiap tahun.
- Labuhan atau Larungan
Labuhan atau larungan adalah tradisi yang digelar berupa menghanyutkan sesuatu ke aliran air, bisa sungai atau laut. Tradisi ini digelar dengan cara menghanyutkan sesaji di laut atau di sungai sebagai simbol rasa syukur masyarakat setempat atas hasil bumi dan tempat yang ditinggali.
- Padusan
Tradisi Padusan berasal dari kata “adus” yang artinya adalah mandi. Padusan adalah tradisi warga Jogja yang berupa mandi besar di mata air yang dilakukan satu hari sebelum bulan puasa atau 1 Ramadan sebelum tarawih.
Padusan menyimbolkan upacara pembersihan diri dan hati dari kotoran duniawi agar bisa lebih fokus kepada ibadah Ramadan.
Biasanya Padusan digelar di mata air, kolam, dan sejenisnya. Namuin seiring berjalannya waktu, padusan bisa dilakukan di kolam renang atau bahkan mandi di rumah masing-masing.
- Wayang Kulit
Kesenian wayang kulit jadi salah satu tradisi yang masih lestari di Yogyakarta. Bahkan, kesenian ini kerap digelar di berbagai acara seperti saat pesta pernikahan atau acara syukuran lain.
Di kesenian wayang terkandung kisah-kisah yang bisa diambil pelajaran untuk masyarakat. Selain itu ada pula tembang-tembang Jawa dan alunan gamelan yang indah.
Tradisi di Jogja yang masih lestari jumlahnya sangat banyak, sehingga tak mungkin disebutkan satu per satu. Untuk mendapatkan informasi menarik lain pantau terus website kami, jogjavoice.com