JogjaVoice.com – 3 Buku yang Bikin Kamu Mengenal Sisi Lain Jogja
Apa yang terlintas di kepala banyak orang ketika mendengar kata ‘Jogja’? Barangkali adalah jalan Malioboro, kopi jos, Tugu Jogja atau Pantai parangtritis. Sebagian lain mungkin menjawab dengan penggalan puisi mendiang Joko Pinurbo: Jogja terbuat dari rindu, pulang dan angkringan. Rata-rata jawabannya mengerucut bahwa Jogja sama dengan romantis, berpendar juga ngangeni.
Yang orang sering luput adalah setiap pendar cahaya selalu melahirkan bayangan. Begitu pula dengan Jogja. Ada banyak sisi Jogja yang mungkin masih jarang orang tahu karena jarang mendapat perhatian. Beberapa terasa sedih, kelam, mencekam dan terkadang bergairah. Perasaan tersebut memantik penulis-penulis untuk menuangkannya ke dalam buku. Nah, berikut adalah beberapa buku yang bisa membuatmu mengenal sisi lain Jogja.
Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!
Selain judulnya yang terdengar kontroversif, novel ini juga menjadi satu-satunya buku dalam daftar ini yang merupakan karya fiksi. Kendati demikian, Muhidin M Dahlan atau biasa dipanggil Gus Muh, selaku penulis sudah melakukan riset mendalam dalam proses penulisan buku ini.
Novel ini bercerita tentang kehidupan seorang perempuan dengan latar belakang agama yang cukup kental, yang mengalami kekecewaan terhadap Masyarakat dan Tuhan yang ia percayai hingga kemudian ia memutuskan terlibat dalam dunia prostitusi. Dengan berlatar tempat di Jogja dan banyak menyebut kampus-kampus di dalamnya, meskipun secara
implisit dengan menggunakan kode warna, novel ini secara tidak langsung telah menyibak sisi lain Jogja yang saru, gelap namun menegangkan.
Itu dia tiga buku yang bisa mengenalkanmu ke sisi lain Jogja yang tersembunyi dalam bayang-bayang. Kira-kira kamu mau baca yang mana dulu, nih?
Jogja Bawah Tanah
Buku yang ditulis oleh Agung Purwandono dan kawan-kawannya ini menjadi semacam bus tur yang membawa kita berkeliling Jogja sembari diceritakan segala hal yang dilihat sepanjang perjalanan. Mulai dari usaha-usaha rumahan baik yang legal atau non legal, area-area yang unik hingga isu-isu sosial yang menyangkut kebijakan pemerintah.
Buku yang diterbitkan oleh penerbit Buku Mojok ini ditulis secara ringan dalam 208 halaman, namun tidak mengurangi nilai kritik dan keresahan pada tiap tulisannya.
Jogja Bab Getih dan Klitih
Terlihat dari judulnya yang barangkali memberi kesan ngeri ke sebagian orang, buku ini secara spesifik membahas tentang kekerasan jalanan yang kerap terjadi di Jogja. Gusti Aditya, selaku penulisnya, pandai sekali mengurai fenomena ini secara mendalam dengan berbasis literatur yang sudah ada, ditambah dengan bumbu pengalam pribadinya sebagai warlok (warga lokal) asli Jogja. Sehingga pembaca bisa memahami bahwa masalah klitih adalah masalah yang mengakar, rumit dan terkadang politis.
Buku ini diterbitkan oleh EA Books dan terdiri dari 180-an halaman. Cocok dibaca semua orang yang jarang ngobrol dengan warga asli Jogja.