JogjaVoice.com – Komitmen pelayanan dan keterbukaan Pemerintah Kabupaten Sleman kembali dibuktikan Bupati Harda Kiswaya. Pada malam hari tersebut, meski jam kerja formal telah usai, Harda tetap setia menerima kunjungan berbagai pihak hingga melewati pukul 23.00 WIB. Aksi ini memancarkan semangat “pelayanan tanpa batas” yang kerap dicanangkan dalam visi “Sleman Mapan” di bawah kepemimpinannya.
Dedikasi Tanpa Batas
Sejak sore, kediaman dinas Bupati di Jalan Magelang sudah diramaikan oleh silih berganti tamu: perwakilan petani padi Garongan, pengurus koperasi nelayan Pantai Baron, hingga delegasi mahasiswa yang membahas program beasiswa desa. Harda menyambut satu per satu dengan santun, mendengarkan aspirasi, dan mencatat setiap masukan ke dalam naskah kerja.
Keberanian Harda menjemput keluhan dan ide warga di luar jam kantor menunjukkan betapa keluhan rakyat menjadi prioritasnya, bukan rutinitas birokrasi semata.
Dukungan Penuh ASN: Motor Pelaksanaan “Sleman Baru”
Para ASN dari berbagai dinas baik dari Humas, Keuangan, Pengendalian Pembangunan juga diwajibkan mendampingi “Bupati Sleman Baru”. Rancangan anggaran perubahan, jadwal survei lapangan, dan draft harus dipersiapkan dengan baik.
Kehadiran dan kesiapsiagaan ASN menegaskan bahwa pola kerja “Sleman Baru” berjalan terus. Jika di kemudian hari terjadi pergantian posisi atau rotasi pegawai, hal itu wajar dan justru dimaksudkan untuk memperkuat kinerja “Sleman Baru”.
Ini bukan semata-mata karena permintaan Bupati Harda Kiswaya. Tujuannya adalah memastikan setiap unit kerja mendapatkan figur yang paling sesuai kompetensinya, sehingga pelayanan publik semakin optimal.
Menjaga Komunikasi dengan Semua Elemen
Pada acara informal itu, Harda tak sekadar menerima paparan. Ia memberi kesempatan tamu berdiskusi terbuka: mengoreksi rencana perbaikan infrastruktur irigasi, mengusulkan skema kredit mikro Syariah untuk peternak kambing, bahkan berbagi inspirasi pengembangan desa wisata. “Komunikasi dua arah” menjadi kata kunci yang terus diulang, sebagai dasar setiap kebijakan yang nantinya dibawa ke rapat paripurna.
Para tamu yang datang pun memberi apresiasi. Mereka menilai suasana yang hangat dan inklusif, tanpa risiko “jalur khusus” atau antrean birokrasi. Bagi mereka, satu jam waktu Harda malam itu sama berharganya dengan sehari penuh di gedung kantor.
Dampak Positif Bagi Sleman
Tamu yang pulang larut malam membawa harapan dan motivasi baru. Petani Garongan misalnya, ketika kembali ke sawah pada pagi hari, sudah siap merealisasikan proposal pengembangan sistem tanam jajar legowo yang disepakati Harda waktu diskusi. Sementara mahasiswa pulang dengan catatan kajian kebijakan desa digital, yang langsung diakomodasi Tim Smart Government Pemkab Sleman.
Inisiatif seperti ini menegaskan bahwa Sleman bukan hanya “kota pelajar” atau “destinasi wisata”, tetapi juga laboratorium kebijakan yang hidup. Dialog langsung di malam hari mempercepat proses implementasi, sehingga program tidak lagi mandek di meja pejabat.
Semangat Pelayanan yang Menginspirasi
Kegiatan ini bukan kali pertama. Sejak awal masa jabatan, Harda kerap membuka “meja malam” untuk menampung ide dan keluhan. Bedanya pada 6 Mei 2025, jumlah tamu dan keberagaman topik yang dibahas memecahkan rekor: 12 kelompok perwakilan dalam rentang empat jam. Semua ini tercatat rapi dalam agenda harian, menjadi bahan evaluasi rutin.
Bagi Harda, keberhasilan pemerintahan bukan diukur dari gemerlap peresmian gedung atau peluncuran program besar semata, tetapi dari seberapa cepat dan tepat respons pemerintahan terhadap kebutuhan riil warga. Bila pelayanan terbaik adalah kunci kepercayaan publik, maka menerima tamu hingga larut malam adalah salah satu bentuk layanannya.
Aksi Harda Kiswaya menerima tamu hingga larut malam pada 6 Mei 2025 menegaskan satu hal: pelayanan publik di Sleman berjalan tanpa batas waktu. Dengan mendalami aspirasi hingga hari berganti, Bupati menciptakan sinergi nyata antara kebijakan dan kebutuhan masyarakat. Media Lokal Jogja – JogjaVoice.