KKN UIN Sunan Kalijaga Jadi Motor Penggerak: Gandeng Polres dan BPBD Gunungkidul Perkuat Kesiapsiagaan Bencana Masyarakat Teguhan

Dari kiri ke kanan, Surisdiyanto dari BPBD Kabupaten Gunungkidul, Lurah Wunung Bapak Sudarto, Ipda Luis Kartono dari Sat Binmas Polres Gunungkidul, dan Koordinator KKN 160 Teguhan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Muhammad Zaky sebagai moderator, dalam kegiatan sosialisasi dan pelatihan mitigasi bencana di Kalurahan Wunung (26/07/2025). (Foto: Dok PDD KKN 160 Teguhan).

Ipda Luis Kartono dalam paparannya menekankan bahwa mitigasi bencana bukan hanya soal reaksi cepat saat kejadian, melainkan upaya pencegahan komprehensif. Ini mencakup pendataan risiko, sosialisasi masyarakat, pelatihan evakuasi, dan keterlibatan dalam sistem peringatan dini.

JogjaVoice.com, Wunung — Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terus memperkuat komitmennya dalam mitigasi bencana. Terletak di wilayah dengan karakter geografis rawan seperti tebing dan pegunungan, upaya edukasi dan kesiapsiagaan menjadi sangat krusial. Pada 26 Juli 2025, dua instansi penanggulangan bencana utama, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul, melakukan sosialisasi di Balai Kalurahan Wunung, Kapanewon Wonosari. Inisiatif penting dalam upaya mitigasi ini didorong oleh Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) 160 Teguhan dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang aktif terlibat dalam kegiatan edukasi dini kepada masyarakat.

Acara sosialisasi kebencanaan ini digelar di Balai Kalurahan Wunung, dengan partisipasi aktif masyarakat Padukuhan Teguhan. Dipimpin oleh Ipda Luis Kartono dari Sat Binmas Polres Gunungkidul, kegiatan ini bertujuan mendekatkan edukasi kebencanaan kepada masyarakat. Pelaksanaannya berlandaskan regulasi penting seperti UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian dan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Ipda Luis Kartono dalam paparannya menekankan bahwa mitigasi bencana bukan hanya soal reaksi cepat saat kejadian, melainkan upaya pencegahan komprehensif. Ini mencakup pendataan risiko, sosialisasi masyarakat, pelatihan evakuasi, dan keterlibatan dalam sistem peringatan dini. Polri memiliki peran vital dalam penanganan bencana, meliputi pengamanan lokasi bencana, pengaturan lalu lintas evakuasi, penyaluran bantuan logistik, penegakan hukum terhadap pelaku kejahatan di area bencana, hingga trauma healing dan rekonstruksi pascabencana.

“Komunikasi yang paling penting adalah komunikasi dari bawah ke atas. Misinformasi dan rumor itu kadang lebih berbahaya dari bencana itu sendiri. Setiap warga negara punya hak untuk mendapatkan informasi yang benar mengenai bencana yang terjadi,” ujar Ipda Luis Kartono saat menjadi pembicara pertama.

Foto bersama Ipda Luis Kartono, Surisdiyanto, Kelompok KKN 160 Teguhan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta bersama Masyatakat Teguhan (26/07/2025). (Foto: Dok PDD KKN 160 Teguhan).

Dengan melibatkan masyarakat Teguhan secara aktif, diharapkan terbangun budaya sadar bencana dan memperkuat ketangguhan masyarakat terhadap ancaman bencana alam maupun non-alam, termasuk informasi mengenai potensi gempa bumi, tanah longsor, dan cuaca ekstrem. Sosialisasi ini menjadi momentum penting untuk memperkuat koordinasi lintas sektor dan menumbuhkan kesadaran kolektif dalam membangun sistem mitigasi bencana yang tangguh.

Tak berselang lama, Surisdiyanto dari BPBD Kabupaten Gunungkidul secara khusus menekankan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi gempa bumi. Surisdiyanto, selaku Sekretaris Satlinmas Rescue Istimewa Baron, menjelaskan bahwa Indonesia, termasuk Gunungkidul, berada di pertemuan tiga lempeng tektonik besar—Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik—menjadikan wilayah ini rawan terhadap gempa bumi. Gempa dapat disebabkan oleh aktivitas tektonik, vulkanik, maupun longsoran.

Materi yang disampaikan sangat komprehensif, mencakup jenis dan penyebab gempa bumi; potensi dampak gempa seperti tanah longsor, bangunan runtuh, tsunami, dan likuefaksi; langkah antisipasi sebelum gempa; tindakan saat gempa terjadi (melindungi kepala dan menjauh dari bangunan tinggi); serta langkah setelah gempa (memeriksa kondisi rumah dan menghindari bangunan rusak).

“Bencana itu tanggung jawab kita bersama, bukan hanya pemerintah atau BPBD saja. Kita harus sinau (belajar) menanggulangi atau mitigasi bencana. Setelah bencana, yang paling penting itu adalah pemulihan psikologis. Itu yang kadang kita lupakan,” kata Surisdiyanto dari BPBD Kabupaten Gunungkidul.

Foto bersama Kelompok KKN 160 Teguhan UIN Sunan Kalijaga bersama Ipda Luis Kartono dan Surisdiyanto (26/07/2025). (Foto: Dok PDD KKN 160 Teguhan).

Kegiatan ini bertujuan membangun kesadaran kolektif bahwa mitigasi bencana adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah. BPBD mengajak masyarakat untuk aktif dalam upaya pencegahan serta memperkuat koordinasi antarwarga saat kondisi darurat.

“Gempa bumi dan bencana lainnya tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi, namun dampaknya dapat diminimalkan melalui upaya mitigasi dan kesiapsiagaan yang solid dari semua pihak,” ujar Hanun Luthfiah selaku Ketua Pelaksana kegiatan.

Sinergi antara Polri, BPBD, Kelompok KKN 160 Teguhan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan partisipasi aktif masyarakat seperti yang ditunjukkan masyarakat Teguhan adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang lebih tangguh menghadapi potensi bencana.

Total
0
Shares
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts