JogjaVoice.com – Dea Modis Batik dan Jumputan lahir dari sebuah langkah kecil seorang ibu rumah tangga di Tahunan, Umbulharjo, Kota Jogja. Adalah Tuliswati sosok di balik usaha fesyen dan kerajinan yang dimuali sejak tahun 2010 ini, ia yang saat itu aktif di Dharma Wanita sebuah sekolah, mengikuti pelatihan keterampilan jumputan. Awalnya hanya iseng mencoba, tapi hasil karyanya justru dinilai paling baik. Dari situlah tumbuh niat untuk mengembangkan keterampilan itu menjadi usaha.
Motivasi Tuliswati sederhana, menambah penghasilan tanpa meninggalkan keluarga. Dengan ketekunan, ia mulai membuat karya jumputan yang berbeda dan memasarkan secara terbatas. Perlahan, keunikan desainnya mendapat sambutan positif dari masyarakat.
Nama “Dea Modis” dipilih dengan penuh makna. Terinspirasi dari putrinya, Nadea Felisan Arroisi, Tuliswati percaya nama itu membawa keberuntungan. Beberapa kali ia mendapatkan rezeki tak terduga tepat saat ulang tahun sang anak, hingga meneguhkan keyakinan bahwa nama tersebut akan menjadi doa baik bagi perjalanan usahanya.
Perubahan Sejak Bergabung dengan Astra
Seiring perjalanan waktu, Tuliswati sadar bahwa usaha tidak hanya soal kreativitas, tetapi juga membutuhkan manajemen yang kuat. Kesempatan besar datang ketika ia bergabung sebagai UMKM binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) sebelum pandemi Covid 19. Di sinilah titik balik perkembangan Dea Modis dimulai.
Berbagai pelatihan yang diberikan YDBA membuat Tuliswati lebih memahami aspek penting dalam berbisnis. Salah satunya adalah manajemen keuangan. “Pelatihannya banyak dan materinya bagus banget, salah satunya tentang manajemen keuangan,” ujar Tuliswati. Dengan bekal ilmu itu, ia bisa lebih teratur mengelola arus kas, memisahkan modal usaha dengan kebutuhan rumah tangga, serta menyusun rencana jangka panjang.
Tak hanya itu, program dana bergulir tanpa bunga dari YDBA juga menjadi penopang penting bagi pengembangan usaha. Tuliswati bisa menambah kapasitas produksi tanpa terbebani bunga pinjaman. “YDBA perannya banyak sekali. Ada dana bergulir tanpa bunga juga. Kami juga dibina menerapkan 5R,” tambahnya.
Transformasi lain juga terlihat dalam cara Tuliswati menjaga kualitas produk. Melalui penerapan prinsip 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), proses produksi di workshop Dea Modis menjadi lebih efisien dan higienis. Hal ini tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga membuat tim kerja lebih nyaman dan tertata.
Dea Modis Menatap Masa Depan
Berbagai kesempatan yang dibuka YDBA kian memperluas langkah Dea Modis. Salah satu tonggak penting adalah ketika mereka terpilih mengikuti pameran Inacraft, ajang kerajinan terbesar di Indonesia. Kehadiran di pameran tersebut membuat produk Dea Modis dikenal lebih luas dan menjangkau pasar baru.
Capaian lainnya adalah pengakuan sebagai UKM Mandiri sejak 2023, sebuah pencapaian yang menunjukkan kemandirian usaha setelah melalui proses pembinaan. Tahun berikutnya, Dea Modis bahkan berhasil masuk finalisasi kompetisi 5R YDBA 2024. Hal ini menjadi bukti konsistensi mereka dalam menerapkan prinsip tata kelola usaha yang sehat.
Kini, produk Dea Modis semakin beragam. Tak hanya kain dan pakaian jumputan, tetapi juga tas, sandal, topi, sajadah, hingga dompet. Semua diproduksi handmade dengan ciri khas warna cerah dan desain yang segar. Segmentasi pasar pun meluas, tak hanya kalangan dewasa, tetapi juga generasi muda yang menyukai produk etnik dengan sentuhan modern.
Meski sudah menorehkan banyak capaian, Tuliswati tetap berpikir jauh ke depan. Ia ingin Dea Modis tidak sekadar menjadi usaha yang menguntungkan dirinya, melainkan juga memberi manfaat bagi banyak orang. “Inginnya dapat berbagi ke lebih banyak orang. Saya senang sekali kalau Dea Modis bisa untuk belajar orang-orang,” ujarnya.
Harapan itu ia wujudkan dengan membuka ruang bagi siapa saja yang ingin belajar keterampilan jumputan maupun memahami proses kreatif membangun usaha. Tuliswati yakin, berbagi ilmu akan membuat ekosistem UMKM semakin kuat dan berdaya saing.