Yogyakarta – Laskar Mataram akhirnya mengukir sejarah! PSIM Yogyakarta resmi menjuarai Liga 2 2024/2025 setelah menaklukkan Bhayangkara Presisi FC di partai final. Gelar ini sekaligus memastikan langkah PSIM kembali ke kasta tertinggi sepak bola Indonesia, Liga 1.
Namun, ada kisah menarik di balik kemenangan ini. Tiga pemain asli Jogja turut berkontribusi dalam suksesnya PSIM: Savio Sheva, Yudha Alkanza, dan Fikri Maarif. Bagaimana peran mereka dalam perjalanan bersejarah ini?
Savio Sheva: Dari Supersub Jadi Jenderal Lapangan
Pemain kelahiran 23 April 2001 ini awalnya lebih sering turun dari bangku cadangan. Namun, perubahan strategi setelah masuknya pelatih Erwan Hendarwanto membawanya ke peran utama. Bersama Aditia Gigis, Muammar Khadafi, dan Omid Popalzay, Sheva menjadi motor permainan di lini tengah.
Dengan 13 penampilan, 3 gol, dan 1 assist, Sheva membuktikan bahwa dirinya layak menjadi bagian dari PSIM di Liga 1. “Saya ingin tetap di PSIM. Ini tim kota kelahiran saya, dan saya bangga berjuang di Liga 1 bersama mereka,” ungkapnya.
Yudha Alkanza: Pilar Kuat di Lini Tengah
Lahir 16 Mei 1998, Yudha Alkanza menjadi pemain kunci PSIM sejak babak grup. 665 menit bermain, 2 gol, dan 2 assist menunjukkan kontribusinya dalam perjalanan tim menuju juara. Di bawah asuhan Seto Nurdiyantoro, ia menjadi pemain andalan sebelum tetap mendapat kepercayaan saat tim beralih ke Erwan Hendarwanto.
Fikri Maarif: Kiper Masa Depan PSIM
Berstatus pemain termuda dari trio ini, Fikri Maarif (lahir 24 Februari 2003) memang belum mencatat menit bermain resmi. Namun, sebagai pelapis Harlan Suardi dan Riki Pambudi, Fikri diprediksi memiliki masa depan cerah, terutama saat PSIM bersaing di Liga 1 yang lebih kompetitif.
Masa Depan PSIM: Siapa yang Bertahan?
Manajer tim Razzi Taruna menegaskan bahwa dirinya ingin mempertahankan kerangka tim yang membawa PSIM juara. Namun, keputusan akhir ada di tangan pelatih baru yang akan menukangi Laskar Mataram di Liga 1.
“Keinginan saya, tim ini tetap utuh, tapi kita akan melihat bagaimana keputusan tim kepelatihan ke depan,” ujar Razzi.
Dengan promosi ke Liga 1, PSIM kini menghadapi tantangan baru. Apakah mereka mampu mempertahankan bintang-bintang lokalnya? Yang jelas, masyarakat Jogja berharap Laskar Mataram tetap menjadi kebanggaan di kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia.
PSIM dan Tantangan di Liga 1
Bermain di Liga 1 tentu menghadirkan tantangan yang berbeda. PSIM harus mempersiapkan diri menghadapi klub-klub besar dengan sumber daya yang lebih kuat. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan antara lain:
- Kualitas Skuad: Menjaga pemain kunci seperti Sheva dan Yudha serta menambah pemain berpengalaman.
- Faktor Finansial: Liga 1 membutuhkan dukungan finansial lebih besar untuk operasional tim.
- Dukungan Suporter: Ketaatan para pendukung setia, Brajamusti, akan menjadi faktor penting dalam motivasi tim.
Dengan persiapan matang dan strategi yang tepat, PSIM bisa menjadi tim yang kompetitif di Liga 1. Para pendukung setia tentunya berharap agar Laskar Mataram tidak sekadar bertahan, tetapi juga mampu bersaing di papan tengah hingga atas.
Satu hal yang pasti, euforia kemenangan Liga 2 hanyalah awal. Perjuangan PSIM baru saja dimulai!