Selain Eska Dramatic Reading, perayaan 45 tahun Teater Eska juga dimeriahkan dengan beragam program lain, seperti pameran poster dan buku, peluncuran dan dialog buku, Eska Wicara, Diskusi Profetik, Senandung Malam Sastra, Bentang Layar, hingga pertunjukan musik sebagai puncaknya. Seluruh kegiatan ini terbuka untuk umum dan gratis.
Yogyakarta, Jogja Voice – Merayakan 45 tahun perjalanannya, Teater Eska menggelar rangkaian acara bertema “Meneroka Spirit Profetik”. Salah satu program utamanya, Eska Dramatic Reading, sebuah parade pembacaan naskah drama yang mengajak para pegiat teater muda untuk kembali ke akar seni pertunjukan dengan mengeksplorasi gagasan profetik dalam teks drama.
Acara ini berlangsung selama tiga malam berturut-turut, mulai 10 hingga 12 Oktober 2025, di Gelanggang Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sebanyak enam naskah pilihan dari buku Kumpulan Naskah Drama Produksi Teater Eska dibacakan oleh enam komunitas teater kampus di Indonesia.
Berbeda dari pementasan pada umumnya, Eska Dramatic Reading menempatkan teks sebagai pusat eksplorasi. Para pembaca tidak hanya menyuarakan naskah, tetapi juga menyelami makna, menelisik simbol, dan menyentuh lapisan spiritualitas yang tersembunyi di balik kata-kata. Format ini menjadi cara Teater Eska untuk mengajak generasi muda teater menelusuri kembali akar profetik dalam seni panggung.
“Dalam usia 45 tahun, Eska ingin kembali ke teks sebagai ruang tafsir—karena dari situlah panggung profetik bermula,” ungkap kurator program. “Kami ingin membaca ulang bukan hanya naskah, tetapi juga semangat zaman yang turut andil melahirkannya.”
Pada malam pertama, dua naskah membuka lintasan wacana: Pancering Penjuru karya Habiburrachman & HR Nawawi dibawakan oleh Unstrat UNY, serta Labirin dan Retakkan Bayang-bayangmu karya Shohifur Ridho’i dkk oleh Teater Satoesh UIN Kudus.
Malam berikutnya, giliran Kaki Langit karya Edeng Syamsul Ma’arif (Teater Ada UTY) dan Mola Kalijaga karya Kaji Habeb (KSK Wadas UIN Walisongo Semarang) yang memperluas perenungan akan relasi antara religiusitas dan kemanusiaan.
Rangkaian acara ditutup dengan Tough-Out (HMJ Teater ISI Yogyakarta) dan Saru Siku (Teater Pandora Sastra Inggris UIN Sunan Kalijaga), dua teks yang lahir dari pergulatan kreatif para seniman akademik.
Eska Dramatic Reading menjadi bagian dari keseluruhan hajatan yang bertema “Meneroka Spirit Profetik”, yang juga menghadirkan beragam program lain seperti pameran poster dan buku, peluncuran dan dialog buku, hingga pertunjukan Wayang Mikael sebagai pembuka.
Selain Eska Dramatic Reading, perayaan 45 tahun Teater Eska juga dimeriahkan dengan beragam program lain, seperti pameran poster dan buku, peluncuran dan dialog buku, Eska Wicara, Diskusi Profetik, Senandung Malam Sastra, Bentang Layar, hingga pertunjukan musik sebagai puncaknya. Seluruh kegiatan ini terbuka untuk umum dan gratis.
Informasi lebih lanjut dapat Anda pantau melalui Instagram @teater_eska.